Selasa, 23 Februari 2016

Serba-Serbi Bahasa (Intinya Menarik)

Hai semua :D

Seperti biasa, kalau bikin tulisan, mimin kadang bingung mau ngasih judul apa, jadi ya ngasal aja, tulisan ini mimin kasih judul "Serba-Serbi Bahasa (Intinya Menarik), hehe.

Akhir-akhir ini mimin kayaknya jadi keseringan nge-blog ya, yaah itung-itung refreshing dari kepenatan skripsi yang semoga segera berakhir. Doakan mimin wisuda Juni tahun ini ya.

Well, kalian pernah mikir gak sih, kalau idola kalian (termasuk idola saya sih) yang ada di korea sana sangat jarang yang fasih bahasa Inggris, kepoin social media mereka, kebanyakan nulis pake Hangeul, jaraaaaang banget pake english, yang membuat kita kadang bingung memahami mereka, hiks.

Untung aja sih karena keberadaan fandom yang terus setia memberikan kabar mereka ditranslate Inggris, kita jadi sedikit paham mengenai kabar dan aktivitas mereka ya.

Ternyata gak hanya di Korea lho, hal itu juga terjadi di Jepang, apalagi China tuh, dikiiiit banget warganya yang menguasai bahasa Inggris. Ehhmm, belajar bahasa mereka sendiri aja rumit ya, harus menghafal seribu aksara (ingat film Empress Gi), apalagi bahasa asing.

Menurut info yang mimin dapet, memang orang-orang Asia, apalagi Asia Timur, itu sangat menjaga kebudayaan mereka agar tidak terkontaminasi dengan budaya luar (patut dicontoh ni ya kak). Termasuk dalam hal bahasa mereka. Konon katanya, warga asing yang ingin ke sana, memang harus belajar bahasa yang dipakai para native, jadi gak bisa komunikasi pakai bahasa Inggris dengan warga sekitar.

Beda dengan India, Pakistan, Malaysia gitu ya. Kebetulan kemarin mimin liat di TV ada acara Meet and Greet nya Ranvi&Veera, tau kan? itu tu, serial India di ANTV tentang kakak beradik gitu. Di acara itu, mereka diminta mempraktikkan lagi salah satu scene dalam film gitu. Mereka mempraktikkan dalam bahasa asli, bahasa India. Lalu oleh si Host acara, Indra Bekti, diminta dialognya diganti pakai bahasa Inggris, ehhhh lancar banget gak perlu pakai mikir, hebat ya. 

Kalau menurut mimin sih itu biasa, karena di negara mereka memang bahasanya campuran Inggris-India, gampangnya kalau di kita, sehari-hari kita ngomong Jawa-Indonesia, bahasa pergaulan di rumah pakai Jawa, di institusi pakai Indonesia, jadi biarpun bahasa asli kita Jawa, kita langsung nerocos aja kalau diminta ngomong pake bahasa Indonesia, gituuu. 

Kebanyakan memang negara bekas jajahan Inggris seperti India, Pakistan, Malaysia, dsb, sampai sekarang penduduknya mencampur bahasa asli mereka dengan bahasa Inggris ketika berbicara, kalau di linguistik, dosen saya menyebutnya dengan Campur Kode. 

Sebenarnya saya sangat senang kalau bisa menjelaskan tentang asal muasal bahasa, bagaimana bahasa di dunia ini bisa ada banyak sekali, kenapa kadang ada kosakata yang sama pada bahasa-bahasa yang wilayahnya berdekatan, dan apapun itu mengenai persebaran bahasa. Tapi tangan mimin bakalan kriting nih, pegel banget ngetiknya, entar skripsi mimin gak kelar-kelar jadinya. Kalau pengen tahu banget silakan wawancara pribadi dengan mimin di rumah ya, jangan lupa bawa teh, gula, sama brownies, hehe (biar mimin gak perlu menyiapkan jamuan). Atau kalian bisa searching di google, atau cari video asal usul bahasa di youtube. Ada kok, dulu mimin pakai video itu buat ujian PPL mimin, hehe. Eh, By the way, perlu diketahui ya, mimin ini kuliah ambil jurusan bahasa, jadi ya belajarnya seputar bahasa-bahasa gitu.

Nah, kalau di negara-negara barat sana (western), juga tidak mengherankan kalau mereka fasih bahasa Inggris, soalnya akar bahasa mereka sama, banyak kosakata yang mirip, gak jauh-jauh amat. Kalau mimin mengibaratkan, sama kayak Bahasa Jawa dan Sunda, karena wilayah yang berdekatan, meskipun sudah berbeda bahasa, tapi ada mirip-miripnya. 

Jadi jarak wilayah juga mempengaruhi perbedaan antara dua bahasa. 

Bahasa Jepang, Korea, China, mereka kan berdekatan tuh, nah mereka juga mirip-mirip, misalnya untuk kata “senior”, di Jepang “senpai”, di Korea “sunbae” pengucapannya hampir mirip. Silakan cari contoh lain sendiri ya.

Kalau Inggris dan Korea? jelas jauh banget bedanya. Itulah kenapa orang Asia sulit belajar Bahasa Inggris. Apalagi orang Asia kan punya aksara sendiri dalam bahasa mereka.

Kalian sadar gak sih, di benua lain, mereka hanya punya bahasa, tapi penulisannya semua pakai latin. Beda dengan Asia, hampir semua negara memiliki aksaranya sendiri. Misalnya, Korea dengan Hangeul, China dengan Hanyu, Jepang dengan Hiragana-Katakana, India dengan Dewanagri, Pakistan dengan Nastaliq, Rusia dengan cyrilink (Rusia kayaknya masuk benua Asia kan ya?) Arab sekitarnya dengan Hijaiyah, Thailand dengan yang kayak cacing itu (gak tau namanya), dan jangan lupaa. . . Jawa dengan aksara Jawanya. Benar-benar, benua Asia itu Benua yang kaya akan Budaya ya (Aksara termasuk hasil kebudayaan).

Menurut pendapat mimin, fasih berbahasa Inggris tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk menentukan seseorang itu pintar/bodoh. Bahasa ya bahasa, alat komunikasi.

Bahasa itu berkaitan dengan kebiasaan. Bahasa akan mudah dipelajari jika kita berhubungan langsung dengan bahasa itu sehari-hari. Tapi kalau sehari-hari tidak memakai bahasa tertentu dan hanya mempelajarinya di sekolah tentu akan mengalami kesulitan.

Di Inggris dari anak umur 3 tahun sampe kakek-nenek, dari anak jalanan yang gak makan sekolah sampai yang berpendidikan tinggi, mereka bisa berbahasa Inggris. Jelas. Karena sehari-hari lingkungan mereka memakai bahasa Inggris untuk berkomunikasi.

Nah, kalau di sini, kita sehari-hari ngomong pakai bahasa daerah masing-masing (Jawa, Sunda, dsb). Sekolah, kerja, TV bahasa pengantarnya pakai bahasa Indonesia, jadi ya wajar kalau sulit untuk fasih berbahasa Inggris. 

Nah kalau ingin fasih bahasa Inggris, kita harus menciptakan lingkungan berbahasa Inggris, misalnya bisa dengan sering mendengarkan pidato bahasa Inggris, nonton film berbahasa Inggris, baca artikel bahasa Inggris, ngobrol/chatting pake bahasa Inggris, komen di FP pake bahasa Inggris, dsb. Gitu. 

Dulu waktu kecil kita juga gak bisa Berbahasa Indonesia, bisanya cuma bahasa Jawa. Tapi setelah masuk lingkungan sekolah dengan bahasa pengantarnya bahasa Indonesia dan kalau nonton TV pakainya bahasa Indonesia, lama-lama kita jadi paham Bahasa Indonesia dan kita bahkan lupa kapan pertama kali kita fasih berbahasa Indonesia. Yak karena itu tadi. . . .kebiasaan.

Maka jangan heran kalau habis pulang dari pondok pesantren, teman-teman kita jadi fasih bahasa Arab dan bahasa Inggris, karena mungkin di pondok mereka wajib berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan terutama Arab, Begitu.

Tapi yang aku sukai dari Korea, meskipun rata-rata dari mereka gak fasih Bahasa Inggris, mereka tetap bisa Go International. Tanpa harus kebarat-baratan mengubah gaya mereka. Proud of You. . . Super Junior :D

Prom15e to 13elieve. 

Lain kali disambung lagi ya pembahasan tentang bahasa. Sudah lewat tengah malam.
Sleep well and Have a nice dream guys :D

Sabtu, 20 Februari 2016

Kisah Tentang LGBT

Kali ini saya ingin membicarakan sesuatu yang agak serius dikit nih, yang saat ini lagi booming banget di media-media, yup. . .apalagi kalau bukan LGBT.

Sebenarnya LGBT sudah ada sejak zaman nabi Luth dulu ya, dan kisahnya pun diabadikan dalam alquran bagaimana kaum itu akhirnya disiksa oleh Allah karena memang mereka telah menyalahi kodratnya.
Saya mendengarkan istilah LGBT juga baru-baru ini. Sebelumnya saya cuma tahu bahwa ada disorientasi seksual di mana pria menyukai sesama pria (Gay-seperti kisah kaum nabi Luth) dan wanita menyukai wanita (Lesbi), adapun Bisex saya sama sekali belum mengetahui hal itu. Sedangkan untuk transgender, saya sudah lama mengetahui hal tersebut, pertama kali waktu itu menonton show-nya Oprah Winfrey di MetroTv. Agak bengong juga ya, laki-laki dioperasi bisa jadi kayak perempuan beneran dan sebaliknya. Pengakuan mereka yang melakukan transgender adalah karena mereka merasa terjebak di tubuh yang salah, dan itu bukan tubuh yang cocok untuk mereka. Akhirnya mereka melakukan operasi transgender, diberi suntikan hormon-hormon gitu deh.

Adapun tentang pelegalan nikah sesama jenis sebenarnya juga sudah banyak dilegalkan di western, seperti Belanda,, emmm Belanda. . . emm Belanda, pokonya banyaklah, yang paling aku ingat ya Belanda (karena ada cerita dari teman tentang temannya yang Gay nikah di sana), yang lainnya lupa, pokoknya ada beberapa lah. Waktu itu USA alias Amerika Serikat belum melegalkan pernikahan sesama jenis.

Baru tahun 2015 kemarin kalau gak salah, USA melegalkan pernikahan sesama jenis di seluruh negara bagian di daerah kekauasaannya. Setelah negara adidaya itu melegalkan pernikahan sesama jenis, isu-isu tentang LGBT semakin marak diperbincangkan. Para LGBT dari berbagai negara seakan mendapat angin segar. Di jejaring sosial facebook nampak euforia pengesahan nikah sesama jenis yang  ditandai dengan warna pelangi di mana-mana, poto profil pengguna facebook dari yang pro LBGT sampai yang cuma ikut-ikutan doang banyak yang pakai warna pelangi.
Saat itu mulai muncul banyak berita mengenai LGBT di media-media, apalagi media online dan jejaring sosial facebook.
Banyak komentar yang meluncur terkait berita-berita yang membahas mengenai LGBT. Mereka yang pro berdalih tentang HAM, sedangkan mereka yang kontra mempunyai alasannya sendiri, bermacam-macam mulai dari segi medis/psikis/ religi. Saya pikir tidak hanya Islam yang mengharamkan pernikahan sesama jenis, tapi agam kristen pun juga karena memang itu menyalahi kodrat manusia sebagai makhluk yang berpasangan laki-perempuan.
Saya baca komen di sebuah fanpage luar negeri yang juga membahas LGBT, mereka juga pada ribut perihal pro-kontra pelegalan nikah sesama jenis itu. Yang atheis biasanya mereka pro karena mereka selalu berdalih tentang HAM, sedangkan mereka yang beragama (entah islam, kristen, hindu, budha, dll) mereka cenderung kontra, karena memang agama mereka melarangnya.

Yak, jadi setelah itu saya sebenarnya agak penasaran juga nih, apa mungkin di Indonesia juga ada LGBT, secara kan Indonesia negara yang beradab, beragama, dan berbudaya (menurut saya sih). Saya cuma pensaran tapi gak sampai ingin kepo-kepo gitu.
Sampai pada suatu ketika, saya KKN di suatu daerah (gak perlu diceritain ya, ntar jadinya tambah panjang, gak sesuai dengan alur cerita kita malam ini), ada teman KKN satu kelompok dengan saya dari beda fakultas. Kalau di fakultas saya kan fakultas keguruan, jarang ada kejadian-kejadian yang tidak lazim, namanya juga tempat didikan calon pendidik, ya gak? Kuliah pakai celana jeans dan kaos oblong aja gak boleh (meskipun kerap dilanggar sih). Beda sama fakultas temenku itu, yang memang terkenal fakultas paling nyentrik dan modis.
Suatu hari kita awalnya bahas tentang cowok gitu sih (yah, namanya juga cewek, bahasannya ya berkisar cowok gitu deh).
Terus lama-lama jadi mbahas LGBT, lho kok bisa begitu?  iya, jadi temen saya, sebut saya mbak A, dia itu pernah deket sama cowok, cewek kan biasa ya baper kalau dideketin cowok, eh ternyata si cowok itu udah punya pacar, dan ternyata pacarnya sesama cowok. Waktu itu dia sampe bilang: Gimana perasaanmu kalau ternyata cowok yang lu suka ternyata GAY? (nunjukin muka melas, hehe)
Yaaa. . .  nyesek juga sih, lebih nyesek daripada diselingkuhin kali ya. Nah, sejak dia tahu kalau temenya itu Gay (kebetulan si cowok ini berterus terang sama mbak A), mbak A jadi tau tentang komunitas-komunitas GAY di sekitar daerah kota tempat tinggalnya (termasuk area kampus). Eitttsss, tapi tenang saja, mbak A itu normal kok, hatinya dia masih tertambat pada satu cowok meskipun sering menebar pesona ke mana-mana, hehe.

Menurut cerita dari mbak A, mas yang Gay itu (kita sebut saja Mas D gitu ya biar enak ngomongnya) dia itu dari keluarga berada, tapi ya gituuu semacam ada problem keluarga gitu, dan seingatku dari ceritanya, intinya, papahnya Mas D itu ninggalin ibunya gitu jadi semacam keluarga broken home. (ya ini yang sering dibahas para ahli psikologi, disorientasi seksual terjadi karena keluarga yang broken)

Terus ada lagi mas K (pokoknya waktu itu mbak A cerita panjang lebar tentang Gay). Sefakultas sama dia juga. Dia itu agamis (kata mbak A), rajin sholat, pokoknya akhi-able gitu dari tampangnya. Nah, waktu pertama mbak A mendapat kabar kalau mas K itu juga Gay, dia pun shock, kok bisa? kenapa Mas K? Oh my God?
Nah, singkat cerita, si mas K itu bilang: Ya aku begini, Aku memang Gay. Urusan ibadah, sholat itu kan kewajiban kita sebagai muslim, hamba pada Allah, adapun aku Gay ini di luar kendaliku, aku gak bisa tertarik sama cewek. (Ah, apa mungkin mas K ini terlalu ketat pergaulannya ya, gaulnya sama lakiiii mulu jadi jarang berhubungan sama cewek, akhirnya gak ada "greng" kalau lihat cewek, gak tau juga sih aku). Sejak saat itu, mbak A jadi merasa gimanaa gitu kalau sholat diimami sama mas K, mikir aja, sholatnya sah enggak ya?
Mas K (yang menurut cerita mbak A, dia itu cakep) semoga kau cepat kembali normal ya mas, kalau cowok suka cowok, entar para cewek gimana? siapa yang mau nikahin? 

Cerita dilanjut lagi, mbak A juga cerita kalau kakak tingkatnya yang pasangan Gay juga ada yang sampai pindah ke Belanda. Buat apa? Ya buat menikah, karena waktu itu USA belum melegalkan pernikahan sesama jenis, jadi mereka menikah di Belanda yang sudah melegalkannya. (Aku bayangin di altar gereja, pengantin cowok-cowok mengucapkan sumpah pernikahan. . .ya ampuuun gak kuat aku -_-)

Ahhh emang mbak A ini pergaulannya terlalu luas kali ya (bahaya nih bocah kalau kebablasan, moga aja enggak, ane doain elu gak kecemplung kayak begituan ya mbak), dia juga cerita kalau di kampus saya ada semacam komunitas LGBT, hal itu dibenarkan oleh teman cowok saya yang dari tadi main hape sambil nguping pembicaraan cewek-cewek (tenang. . .dia normal). Katanya juga malah ada dugaan dosen (semoga aja gak bener, ntar dikira fitnah lagi, ingat yaa cuma dugaan) yang masuk komunitas itu.
Di Solo komunitas itu juga sudah lumayan, dulu mbak A pernah pas lagi jalan sama mas D (mas D ngajakin pacarnya juga-pacar lelaki) diajak buat ketemu mereka, tapi mbak A gak mau. Gue bayangin nih mbak A jalan sama 2 cowok tapi yang jadi obat nyamuknya bukan cowok satunya tapi malah mbak A (ngerti maksud ane gak para pembaca setia saya? hehe)

Lama-lama ngeri juga terlalu jauh mengetahui tentang realita LGBT di sekitar saya. Ya Allah jangan siksa kota saya dulu ya Allah, kalau boleh saya minta, sadarkan mereka agar kembali normal dengan hidayahmu, jangan dengan siksamu.

Setelah saya pulang dari KKN, saya langsung buka laptop, searching deh. Apa iya sih ada komunitas Gay di sekitar saya? Ya ampuuuuun, ternyata ada banyaaaaaak grup atau fanpage kayak begituan. Langsung gue tutup deh tu pencarian, takut saya di azab sama Allah gara-gara terlalu kepo.


Well, apa sih tujuan saya nulis kayak gini? Jadi sebenarnya saya ini pro apa kontra?
Hemmmmm, jadi maksud tulisan saya adalah, saya ingin memberi tahu kalian kalau mereka itu ada di sekitar kita, gak usah jauh-jauh ke Jombang, apalagi Amerika.
Dan apa yang kira-kira terjadi selanjutnya? Wallahu A'lam
Saya. . . Saya termasuk kontra terhadap LGBT, karena hukum Allah pasti akan ditegakkan "Alaisash shubkhu bi qoriiib?" Saya jadi ingat ayat ini, cuplikan ayat yang menceritakan ketika kaum nabi Luth dihukum dengan hujan batu dan bumi yang dibalik karena mereka adalah penyuka sesama jenis. Sampai sekarang tanah itu jadi tanah gersang yang tidak ada kehidupan di atasnya, bolehlah sekali-kali main ke sana, biar jadi pengingat tentang siksa Allah yang benar-benar nyata.

Kawanku, LGBT itu bukan takdir dan naluri yang harus diikuti, justru kalian harus melawannya, itu adalah nafsu yang harus dilawan. Kalian pati bisa sembuh dan normal kalau mau berusaha.
Siksa Allah itu nyata, pastu datangnya, entah kapan masih rahasia.
Semoga LGBT segera sadar dan kembali ke fitrahnya. Aamiin.

Lindungi diri kita, lindungi keluarga kita, dan lindungi anak-anak kita dari penyimpangan-penyimpanagn yang berakibat siksa Allah.

*Peace Love*

Kelanjutan Laila Majnun Versi Gue

Kalian pernah baca kisah laila majnun? Iyaa, yang qois jadi majnun (gila) karena tergila-gila sama perempuan bernama Laila itu.

Jadi saya mau sedikit sharing aja sih ni

Duluuuu banget saya pernah baca itu cerita dari buku di perpus masjid SMA ane, tapi baru setengahnya saya baca udah bosen saya, yah mungkin karena itu buku terjemahan dan penerjemahnya kurang oke, jadi saya langsung baca cepet di akhirnya. Gak diresapikisahnya.

Ahhh intinya sih, sebenarnya saya gak terlalu tertarik kisah cinta tak sampai kayak begituan, tapi karena itu cerita terkenal, jadi saya penasaran aja pengen baca

Nah, endingnya kan itu si qois meratapi kuburannya si laila bahkan sampai akhir hayatnya dia jadi gila karena dia cinta mati sama laila, ish ish ish, malang sekali kau bang, mental tempe lah, belum juga jadi istri korang, diratapi sampai mati, akhirnya tak berguna lah hidup kau

Kalau saya bikin lanjutan ceritanya nih mungkin jadi kayak gini kali ya: 

Akhirnya setelah Qois mati merana meratapi kematian Laila, tibalah dia di alam kubur, tak pelak dia menyesal sejadi-jadinya dan berkata, "Aduhai malang nian nasibku, wahai laila. . . Jika awak tau siksa kubur dahsyat macam ni, tentu aku pilih agar tak pernah melihat korang, tak pernah mengenal korang, dan tak pernah jatuh hati saya kepada korang, hingga cinta buta itu membutakanku dari ibadah kepada Rabb-ku."

By the way, kenapa saya jadi pake bahasa melayu gini ya? :P
Gak apalah, konon kata shahibul hikayat, ceileeeh, sastra pake bahasa melayu itu lebih oke 


Gitu aja sih,
Sekian tulisan geje ini, selamat sore, selamat berakhir pekan, dan selamat rehat bersama keluarga anda tercinta :D

Jumat, 19 Februari 2016

Benarkah Pengorbanan Cinta? Atau Justru Cinta Buta?

Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah status yang dishare oleh teman di facebook, gak kenal sih, tapi statusnya membuat pikiran saya tidak bisa diam  untuk ikut mengemukakan pendapat saya mengenai hal itu (yah, sepertinya saya yang biasanya).

Jadi di status itu ada seorang pemuda yang menceritakan kisahnya dengan sang istri yang dinikahinya. Katanya sih gak pacaran. Tapi siapa tahu kan hubungan mereka sebenarnya seperti apa? Ditambah lagi dengan pertanyaan awal dia mengenal istrinya itu ketika berada di sebuah pesantren beberapa waktu sebelumnya, lalu ber-long distance relationship. Ditulis juga di sana bahwa selama mereka berhubungan tidak pernah mengatakan kata “cinta/sayang”. Berarti mereka sudah menjalin hubungan cinta sejak lama dong. Karena mereka gak mau dibilang “pacaran”, baiklah kita sebut saja hubungan mereka dengan “hubungan perasaan”. Setuju ya (maksa dikit).

What the really matter is?  Menurut saya, hubungan perasaan bukan sekedar mengenai kata cinta yang pernah terucap atau tidak. Kalau SMS-an/BBM-an/sejenisnya tanpa kata cinta pun dengan membahas masalah yang sebenarnya tidak penting antara laki-laki perempuan itu sebenarnya sudah termasuk nyepi. Iya kan? (Atau mungkin saya salah mengartikan tentang “nyepi”?) Oke. intinya begitu. Ungkapan cinta tidak harus diucapkan secara eksplisit, tapi juga implisit, misalnya: “aku ingin kamu menjadi ibu dari anak-anakku, aku ingin kamu selalu menungguku sepulang kerja di rumah kita kelak, aku tak bisa hidup tanpamu, eaaa dan seterusnya. . .masihh ada banyak ungkapan cinta yang implisit seperti itu

Saya di sini bukan mau berspekulasi tentang jalannya “hubungan perasaan” mereka yang disebut-sebut tidak melanggar aturan agama Islam (dalam koridor syar’i seperti yang dijadikan caption teman facebook saya waktu men-share status tersebut) . I don’t care. Saya sendiri (tanpa kemunafikan ingin mengatakan) pernah berhubungan perasaan (biar sama kayak dia, gak mau dibilang pacaran :P )

Yang saya soroti adalah dari status itu disebutkan bahwa si perempuan melakukan “pengorbanan cinta”. Oke, tak masalah jika menyebutnya begitu, itu status yang nulis dia. Kalau menurut saya itu bukan pengorbanan cinta tapi CINTA yang sedikit BUTA. Bagaimana bisa dia yang katanya berhasil masuk universitas lewat jalur prestasi dan sudah bayar uang jutaan sebagai uang masuk kemudian direlakan begitu saja hanya untuk menikah dengan laki-laki itu?

Aku tidak terlalu memusingkan keputusan menikahnya, tapi aku hanya menduga-duga tentang perasaan orang tuanya. Uang “juta-juta” yang dimaksud mungkin tak ada artinya jika mereka berasal dari keluarga kaya raya.

Tapi bagaimanapun juga, kalau orang tua sudah membayar uang begitu banyak (menurut saya uang berjuta-juta itu banyak, maklum saya belum jadi orang kaya, sekolah aja pakai beasiswa -_-) pasti orang tua itu memiliki harapan yang besar terhadap pendidikan putri tercintanya (mungkin saja, ini hanya pendapat saya, ini blog saya,  terserah saya mau nulis apa saja, kalau gak suka silakan nulis status bandingan di sosial media kalian, haha).

Kalau saya jadi orangtua dan saya punya putri yang cantik sehinga para laki-laki ingin meminangnya, dan putri saya pintar sehingga bisa masuk universitas jalur prestasi, saya sedikit banyak akan kecewa kalau biaya masuk yang sudah saya bayarkan dibuang begitu saja karena dia ingin menikah.

“Sudah hasil istikharah”, oke saya tidak banyak membahas tentang itu, itu adalah hubungan dengan Allah. Saya hanya membahas menurut hemat saya. bukankan seorang mahasiswa (asal dia tidak terikat beasiswa, sekolah ikatan dinas, dan semacamnya) dia diperbolehkan untuk menikah? ya gak? saya tahu benar mengenai hal itu, Daripada “pengorbanan cinta” kenapa gak milih “berjuang bersama”? Setidaknya gak perlu menghamburkan uang “berjuta-juta” sebagai pengorabnan cinta. Dan dengan ilmu yang dia miliki jika dia meneruskan sekolah, dia bisa menjadi ibu yang lebih baik untuk anak-anaknya kelak.

“Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya.” Maka dia harus cerdas dan bijak. Dan menurut saya, keputusan memilih cinta yang terburu-buru daripada pendidikan itu bukan keputusan yang bijak. (Saya tekankan, ini blog saya, terserah saya mau menulis apa, kalau gak setuju silakan nulis status bandingan)

Sekolah bukan hanya tempat kalian mendapat ijazah, sekolah adalah tempat kalian mendapatkan ilmu dan kedewasaan, Kematangan proses berpikir dan kebijaksanan dalam bertindak.” (ini asli kata-kata gue sendiri ya, gak ngutip orang :P )

~Sekian~

Terimakasih.